KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang
telah memberikan anugrerah serta hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Pendekatan
Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif” ini dapat selesai dengan
tepat waktu.
Tak lupa pula kami haturkan sholawat serta salam
kita curahkan kepada nabi besar kita, nabi akhiruzzaman, Nabi Muhammad SAW,
yang telah memberikan syafaat kepada kita semua, dan terimakasih juga kepada
dosen pengampu matakuliah Metodologi Penelitian, Bapak Teuku Ramli Zakaria,
yang telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas makalah ini, dan juga
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orang Tua kami yang telah mendoakan
kami semua, dan tak lupa juga kepada semua sahabat-sahabat yang telah
memberikan motovasi pada penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Harapan kami makalah ini semoga bisa bermanfaat
bagi kita semua, khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Aminnn...
Jakarta,
5 april 2015
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan aspek filosofi yang mendasarinya
penelitian secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua dua macam, yaitu
penelitian yang berlandaskan pada aliran atau paradigma filsafat positivisme
dan aliran filsafat postpositivisme. Apabila penelitian yang dilakukan
mempunyai tujuan akhir menemukan kebenaran, maka ukuran maupun sifat kebenaran
antara kedua paradigma filsafat tersebut berbeda satu dengan yang lain. Pada
aliran atau paradigma positivisme ukuran kebenarannya adalah frekwensi tinggi
atau sebagian besar dan bersifat probalistik. Kalau dalam sampel benar maka
kebenaran tersebut mempunyai peluang berlaku juga untuk populasi yang lebih
besar. Pada filsafat postpositivisme kebenaran didasarkan pada esensi (sesuai
dengan hakekat obyek) dan kebenarannya bersifat holistik.
Kedua aliran filsafat tersebut mendasari bentuk
penelitian yang berbeda satu dengan yang lain. Aliran positivisme dalam
penelitian berkembang menjadi penelitian dengan paradigma kuantitatif.
Sedangkan postpositivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian dengan
paradigma kualitatif. Karakteristik utama penelitian kualitatif dalam paradigma
postpositivisme adalah pencarian makna di balik data (Noeng Muhadjir. 2000:
79). Penelitian kualitatif dalam aliran postpositivisme dibedakan menjadi dua
yaitu penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi dan penelitian
kualitatif dalam paradigma bahasa. Penelitian kualitatif dalam paradigma
phenomenologi bertujuan mencari esensi makna di balik fenomena, sedangkan dalam
paradigma bahasa bertujuan mencari makna kata maupun makna kalimat serta makna
tertentu yang terkandung dalam sebuah karya sastra.Pada masa lalu, metode
kualitatif dan metode kuantitatif juga sering digunakan sebagai penciri,
penanda, dan pembeda antara antropologi dan sosiologi. Kesan tersebut muncul
karena masing-masing disiplin ilmu tersebut terus menerus menggunakan metode
secara konsisten. Antropologi sering menggunakan metode kualitatif, sedangkan
sosiologi hampir selalu menggunakan metode kuantitatif. Asumsi ini didasarkan
atas kenyataan bahwa antropologi ingin mendeskripsikan, menginterpretasikan,
dan mengklasifikasikan masyarakat yang masih tradisonal. Hal tersebut
seolah-olah menempatkan antropologi dalam posisi memiliki satu pendekatan,
yaitu interpretasi atau penafsiran. Sementara itu, sosiologi sudah terlanjur
dikenal sering menggunakan metode kuantitatif dan melakukan penelitian terhadap
masyarakat modern yang kompleks. Ada kesan bahwa penelitian sosiologis selalu
menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kualitatif dan kuantitatif hendaknya
tidak dilawankan, melainkan dikontraskan. Kontras ini diperlukan untuk melihat
keunggulan dan kelemahannya masing-masing dalam memecahkan masalah dan atau
dalam pengembangan teori. Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
masing-masing berkembang berdasarkan paradigma tertentu (yang berbeda) yang
menjadi acuannya.
Jenis
penelitian apa yang harus digunakan, selalu didasarkan pada masalah yang
diteliti, bukan ditetapkan jenis penelitiannya dulu baru ditetapkan masalahnya.
Hal ini disebabkan karena adanya kenyataan bahwa penelitian itu dilakukan
karena ada masalah. Alasan pemilihan suatu metode, tentunya didasarkan pada
kesesuaiannya dengan masalah penelitian, tujuan penelitian, serta prosedur
penelitian yang cocok, hasil yang diharapkan, dan kondisi kelompok sasaran atau
objek penelitiannya dan berdasarkan
pendekatan yang mendasarinya, secara garis besar dapat dibedakan dua macam
penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kedua
pendekatan tersebut memiliki asumsi, tujuan, karakteristik, dan prosedur yang
berbeda. Namun demikian, permasalahannya tidak terletak pada keunggulan atau kelemahan setiap
pendekatan, tetapi sejauh mana peneliti mampu bersikap responsif dengan
mengembangkan desain yang tepat untuk penelitiannya. Pembahasan berikut ini
tidak bermaksud mempermasalahkan kebenaran atau kekurangan kedua pendekatan
penelitian melainkan untuk menguraikan perbedaan-perbedaan mendasar antara penelitian-penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan penekanan pada
penelitian kualitatif (mengingat pendekatan penelitian kualitatif jarang
dilakukan), serta kemungkinan untuk menggabungkan kedua pendekatan penelitian
tersebut.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif telah lama
mendominasi tidak hanya pada penelitian ilmu-ilmu alam tetapi juga ilmu-ilmu
sosial. Prinsip-prinsip teoretis penelitian kuantitatif yang salah satunya
adalah mengkonstruksikan pengetahuan pada prosedur eksplisit, eksak, formal
dalam mendefinisikan konsep serta mengukur konsep-konsep dan variabel
(Poerwandari, 1998).[1]
Namun, terdapat beberapa peneliti sosial yang melakukan penelitian kualitatif
berpendapat bahwa fenomena-fenomena sosial sangat unik sehingga sulit dibakukan
berdasarkan pengukuran tertentu bahkan dapat menghilangkan makna yang
sesungguhnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari peneletian kuantitatif dan kualitatif ?
2.
Bagaimana penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif ?
3. Apa
saja ciri-ciri metode penelitian kuantitatif dan kualitatif ?
4. Apa
saja perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif?
5. Apa
saja persamaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian penelitian kuantitatif dan kualitatif.
2. Untuk
mengetahui bagaimana penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif.
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
4. Untuk
mengetahui perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
5. Untuk
mengetahui persamaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
D.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari
penulisan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca lebih memahami akan
pengertian, penggunaan, perbedaan dan persamaan dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian Kuantitatif
1. Hakikat Penelitian
Kuantitatif
Beberapa penjelasan
sebelumnya mengemukakan bahwa penelitian ilmiah adalah proses yang sistematis.
Maknanya penelitian dilakukan
dengan urutan dan prosedur tertentu yang bersifat tetap dan para peneliti
mengikuti cara seperti itu dalam penelitiannya. Prosedur penelitian merupakan
pedoman peneliti untuk melakukan penelitian dengan cara yang benar. Peneliti
tidak dapat melakukan penelitian hanya dengan cara mengumpulkan data dan
menganalisisnya, tetapi penelitian harus berawal dari penemuan permasalahan dan
berlanjut kepada tahap-tahap selanjutnya. Proses penelitian ilmiah secara umum
harus memenuhi tahapan perumusan masalah, telaah teoretis, verifikasi data, dan
kesimpulan. Tahap-tahap ini berlaku untuk pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif
merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal
(logical positivism) yang beroperasi
dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan
prediksi (Watson, dalam Danim 2002).[2]
Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang
berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi
bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini
dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan
kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai
nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala).
Penelitian kuantitatif menggunakan
instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka).
Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan
mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan
antar kelompok data. Kontrol,
instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan
penelitian secara akurat. Dengan demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang
diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan
kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-variabel
sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan
dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya
hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan
berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan
digunakan. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka.
Terdapat sejumlah situasi yang menunjukkan kapan
sebaiknya penelitian kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara lain:
1. Bila masalah yang merupakan titik tolak
penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan yang terjadi antara harapan
dengan kenyataan, aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek,
antara rencana dengan impelementasi atau tantangan dengan kemampuan. Masalah
ini harus ditunjukkan dengan data, baik hasil pangamatan sendiri maupun
pencermatan dokumen. Misalnya penelitian kuantitatif untuk menguji efektivitas
pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka data prestasi
belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan.
2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi
yang luas dari suatu populasi. Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk
mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu
luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Misalnya penelitian tentang disiplin kerja guru di Kabupaten Bandung.
Peneliti dapat mengambil sampel yang representatif, tidak berarti harus semua
guru di kabupaten Bandung menjadi sumber data penelitian.
3. Bila ingin diketahui sejauh mana pengaruh
perlakuan/ treatment terhadap subyek
tertentu. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
Misalnya penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar
siswa.
4. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis
penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk dugaan mengenai hubungan antar
variabel (hipotesis asosiatif) ataupun perbedaan skor variabel antar kelompok
(hipotesis komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan antara
disiplin kerja guru laki-laki dengan guru perempuan. Hipotesis komparatif yang
diuji adalah: “Terdapat perbedaan disiplin kerja guru laki-laki dengan guru
perempuan”. Contoh lain misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara
motivasi kerja dengan kinerja guru.
Hipotesis asosiatif yang diuji dalam penelitian ini adalah: “Terdapat
hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru”.
5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang
akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin
mengetahui IQ guru pada sekolah tertentu, maka dilakukan pengukuran melalui tes
IQ terhadap guru-guru pada sekolah yang bersangkutan.
6.
Bila
peneliti ingin menguji terhadap adanya suatu keraguan tentang kebenaran
pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya peneliti ingin mengetahun
variabel yang lebih efektif apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi atau
penugasan. Dalam hal ini, peneliti harus mengukur hasil belajar siswa yang menggunakan
metode diskusi dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode penugasan. Pada tahap selanjutnya hasil pengukuran tersebut dibandingkan.
2. Prosedur
Penelitian Kuantitatif
Langkah-langkah penelitian kuantitatif adalah
operasionalisasi metode ilmiah dengan
memperhatikan unsur-unsur keilmuan. Penelitian kuantitatif sebagai
kegiatan ilmiah berawal dari masalah, merujuk teori, mengemukakan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penelitian
kuantitatif berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris
dan teoretis, sebagai suatu aktivitas penelitian pendahuluan (prariset). Agar
masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi
dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur
relevan. Penelitian dilakukan secara sistematis, empiris, dan kritis mengenai
fenomena-fenomena yang dipandu oleh teori serta hipotesis sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1.1.
Kegiatan penelitian dimulai
dengan mengidentifikasikan permasa- lahan atau isu-isu yang penting, aktual dan
menarik. Dan yang paling penting adalah manfaat yang dihasilkan bila masalah
itu diteliti. Masalah dapat digali dari berbagai
sumber empiris ataupun teoretis sebagai aktivitas penelitian pendahuluan (pra-penelitian).
Agar masalah ditemukan dengan baik diperlukan fakta-fakta empiris diiringi
penguasaan teori yang diperoleh melalui pengkajian berbagai literatur relevan. Pada
tahap selanjutnya, penelitian melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah yang telah ditemukan diformulasikan dalam sebuah
rumusan masalah. Pada umumnya rumusan masalah penelitian kuantitatif disusun
dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah merupakan penentuan faktor-faktor atau aspek-aspek yang
terkait dengan lingkup kajian penelitian.
Gambar 1. 1 Proses (Siklus)
Kegiatan Penelitian
Dalam praktiknya faktor-faktor serta aspek-aspek yang berkaitan dengan kajian
permasalahan sangat banyak dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan pembatasan
pada faktor atau aspek yang dominan saja. Penelitian membagi permasalahan
menjadi sub-sub permasalahan yang dapat dikelola dalam arti layak dan
terjangkau untuk diteliti. Setiap sub permasalahan dicari kemungkinan
jawabannya secara spesifik dalam bentuk hipotesis yang sesuai. Dalam hal inilah
diperlukan studi kepustakaan yaitu kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang
mendasari penelitian. Dalam kegiatan ini juga dikaji
hal-hal empiris yang bersumber dari penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian
menahan sementara hipotesis atau pertanyaan sampai semua data terkumpul dan
diinterpretasikan.
Pada tahap selanjutnya,
penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan masalah dan
hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan desain
penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, sumber data (populasi dan sampel), serta alasan mengapa
menggunakan metode tersebut. Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan,
terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan dan pengujian instrumen yang
akan digunakan untuk pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian di analisis
menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan temuan yang belum
diberi makna.
Pemaknaan hasil analisis
data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah pada upaya mengatasi masalah
atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini dikemukakan tentang
penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat dengan melihat
hubungan antara temuan yang satu dengan temuan lainnya. Kesimpulan merupakan
generalisasi hasil interpretasi. Terhadap kesimpulan yang diperoleh maka
diciptakanlah implikasi dan rekomendasi serta saran dalam pemanfaatan hasil
penelitian.
B. Pendekatan Penelitian
Kualitatif
1. Hakikat Penelitian Kualitatif
Membuat batasan atau definisi
tentang penelitian kualitatif memang tidak mudah, mengingat banyaknya perbedaan
pandangan yang ada.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam penelitian terdapat dua pende-katan
yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dasar penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpre-tasikan oleh setiap individu
(Sukmadinata, 2005).[3]
Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan
hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan
situasi sosial mereka (Danim, 2002).[4]
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2005).[5]
Pembahasan sebelumnya telah
menjelaskan penelitian dengan pende- katan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
dimulai dengan proses berpikir deduktif untuk mendapatkan hipotesis, kemudian
melakukan verifikasi data empiris, dan menguji hipotesis berdasarkan data
empiris, serta menarik kesimpulan atas dasar hasil pengujian hipotesis. Untuk
itu, peranan statistika sangat diperlukan dalam proses analisis data.
Penelitian pendidikan akhir-akhir ini sudah mulai memusatkan perhatian kepada
konsep-konsep yang timbul dari data. Dengan demikian perhatian bukan kepada angka-angka
yang diperoleh melalui pengukuran empiris, namun pada konsep-konsep yang
terdapat di dalamnya. Suatu peristiwa empiris dapat menghasilkan suatu konsep.
Konsep-konsep yang timbul dari data empiris dicari hubungannya untuk membentuk
teori.
2. Karakteristik umum penelitian kualitatif
Dari hasil penelaahan
pustaka yang dilakukan Moleong atas hasil dari mensintesakan pendapatnya Bogdan
dan Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba (1985:39-44) ada sebelas ciri
penelitian kualitatif, yaitu:
a. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah
atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity)
b. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia,
baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
c. Penelitian kualitatif menggunakan metode
kualitatif
d. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data
secara induktif
e. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah
bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data
f. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif
(kata-kata, gambar) bukan angka-angka
g. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses
daripada hasil
h. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas
dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam
penelitian
i.
Penelitian
kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi
lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik
j.
Penelitian
kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan lapangan (bersifat sementara)
k. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian
dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia
yang dijadikan sumber data.
3. Karakteristik khusus penelitian kualitatif:
a. Latar alamiah
·
Penelitian
kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu
keutuhan
·
Peneliti
memasuki dan melibatkan sebagian waktunya di sekolah, keluarga, tetangga dan
lokasi lainnya untuk meneliti maslaah pendidikan atau sosiologi
b. Manusia
sebagai alat (instrumen)
Peneliti/ dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama.
c. Metode kualitatif
·
Menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda
·
Menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden
·
Metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penyamaan pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi
d. Analisis data secara induktif
·
Proses
induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagian yang terdapat
dalam data
·
Lebih
dapatmenguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan
tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya
·
Analisis
induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam
hubungan-hubungan
·
Dapat
memperhitunngkan nilai-nilai secara eksplisit sehingga bagian dari struktur
analitik
e. Teori dari dasar
f. Deskriptif
g. Lebih mementingkan proses daripada hasil
h. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
i. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
j. Desain
yang bersifat sementara
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian
utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat
kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat
hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh
pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya
tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. Misalnya
peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti
harus mendatangi suatu sekolah kemudian mengali informasi yang terkait dengan peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru baik itu dari kepala sekolah, guru, maupun
dokumen sekolah.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis doku- men,
catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam
bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan
memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas
dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data
berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk
uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu
peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga
dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam
data. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam
pembinaan guru, berdasarkan data/informasi yang ada peneliti harus mampu
menguraikan tujuan kepala sekolah dalam pembinaan guru, langkah-langkah yang
dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan guru, serta bagaimana respon guru
terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan
informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan,
mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu
proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja.
Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur,
alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan
pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa
intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi
angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu
proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai
suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi
pembinaan yang dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan dilakukan
serta bagaimana cara pembinaan dilaksanakan.
Penelitian kualitatif
sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori,
tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan,
mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat,
menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan
dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak
dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak
mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan
penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan
dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari
data yang terpisah namun saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti peran
kepala sekolah dalam membina guru, peneliti harus berusaha menemukan prinsip
dan konsep-konsep atas dasar fakta. Peneliti tidak berupaya menerapkan teori/konsep
yang terkait dengan pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep
berdasarkan fakta dari lapangan.
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada
persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada
pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi
dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina
guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana
hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru
agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan
yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala
sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil
penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari
lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik
maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan
angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi
yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi
terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah
menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila
dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif Berikut ini dikemukakan kapan
sebaiknya pendekatan kualitatif digunakan, antara lain:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih
remang-remang atau mungkin malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok
diteliti dengan pendekatan kualitatif,
karena peneliti kualitatif akan langsung masuk pada situasi, melakukan eksplorasi,
sehingga masalah ditemukan dengan jelas.
2. Bila peneliti ingin memahami makna di
balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan
apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Misalnya persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah akan berbeda dengan persepsi kepala sekolah. Data
untuk mencari makna kepemimpinan kepala sekolah tersebut hanya cocok diteliti
dengan metode kualitatif misalnya melalui wawancara mendalam, observasi, dan juga
pencermatan dokumen.
3. Bila peneliti ingin memahami interaksi
sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti
melakukan penelitian kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam
terhadap interaksi sosial tersebut. Misalnya pemahaman terhadap kepemimpinan
kepala sekolah hanya dapat dilakukan melalui kajian mendalam bukan hanya
pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat ditemukan pola hubungan yang jelas sehingga
dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau menjadi teori.
4. Bila peneliti ingin memastikan kebenaran
data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Melalui berbagai teknik
pengumpulan data kualitatif, kepastian data akan lebih terjainin. Melalui
pendekatan kuali- tatif data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, penelitian berakhir
setelah data itu jenuh sehingga kepastian data dapat diperoleh. Misalnya untuk mencari
gaya kepemimpinan seperti apa yang sebaiknya diterapkan kepala sekolah dalam
membina guru, sebelum ditemukan gaya yang tepat maka penelitian belum
dinyatakan selesai.
5. Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan.
Sejarah atau perkembangan kehidupan seseorang atau kelompok orang dapat dilacak
melalui pendekatan kualitatif. Misalnya sejarah perkembangan sekolah sehingga sekolah
tersebut menjadi sekolah favorit dalam padangan
masyarakat dan orang tua siswa.
Atas dasar penggunaanya, dapat
dikemukakan bahwa penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan bertujuan
untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan
pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih
lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat
ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta,
gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya
dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara
alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep
dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan
(induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan
kuantitatif.
Bidang kajian penelitian
kualitatif dalam pendidikan antara lain berkaitan dengan proses pengajaran,
bimbingan, pengelolaan/manajemen kelas, kepemimpinan dan pengawasan pendidikan,
penilaian pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat, upaya pengembangan tugas
profesi guru, dan lain-lain.
3. Prosedur Penelitian Kualitatif
Prosedur penelitian
kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian kuantitatif. Penelitian
kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam
pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah
direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai
dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja penelitian
mestilah merancang langkah-langkah kegiatan penelitian. Paling tidak terdapat
tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007).[6]:
1.
Tahap
deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini,
peneliti mendeskrip-sikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
2.
Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh
pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
3.
Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan
menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus
masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh
menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam tujuh langkah
penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pembatasan masalah, penetapan
fokus masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan data,
pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001).[7]
Keterkaitan antara tiga tahapan proses dan tujuh langkah penelitian kualitatif
ditunjukkan pada gambar 1.2 dan uraian berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu
masalah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya,
berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada. Fenomena masalah
tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan
tidak sama dengan kenyataan, sehingga timbul “pertanyaan” yang menantang untuk
ditemukan “jawabannya”. Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi
masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana.
Dari pertanyaan yang muncul tergambar substansi masalah yang terkait dengan pendekatan
atau jenis penelitian tertentu. Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang
harus digunakan peneliti bergantung pada masalah yang ada. Di dalam penelitian
sebaiknya seorang peneliti melakukan identifikasi masalah dengan
mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.
Gambar 1.2. Tahapan dan Langkah-langkah
Penelitian Kualitatif
Langkah kedua: pembatasan
masalah yang dalam penelitian kualitatif sering disebut fokus penelitian.
Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu
direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup
kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan dan tantangan
yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus
untuk dapat melakukan kajian secara mendalam. Pembatasan masalah merupakan
langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Meski demikian,
pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat kaku/ketat. Pembatasan
masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:
1.
Dapatkah masalah tersebut
dikembangkan untuk diteliti?
2.
Adakah data atau informasi yang
dapat dikumpulkan untuk menemukan jawaban atas masalah yang dipilih?
3.
Apakah masalah dan pemecahannya
cukup bermanfaat?
4.
Apakah masalah tersebut baru
dan aktual?
5.
Sudah adakah orang yang
melakukan pemecahan masalah tersebut?
6.
Apakah masalah tersebut layak
diteliti dengan melihat kemampuan peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan
dana dan waktu?
Langkah ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan
fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti
telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula membatasi bidang temuan.
Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Dengan pedoman
fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus dicari. Data
yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang
tidak relevan dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian
kualitatif dapat terjadi penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan
dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila
fokus masalah yang telah dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan
tidak mungkin dilakukan penelitian sehingga diubah, diganti, disempurnakan
atau dialihkan. Peneliti memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau
menambah fokus penelitian.
Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini
yang perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian, memilih dan
menetapkan setting (latar)
penelitian, mengurus perijinan, memilih dan menetapkan informan (sumber data),
menetapkan strategi dan teknik pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan
prasarana penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah
menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini terkait
dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan misalnya observasi,
wawancara atau pengamatan.
Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data.
Pada penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data
dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan
dinyatakan selesai. Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan
pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang
sama dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan
pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi
informasi baru). Dalam hal ini,
hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai
perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran teori dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan
penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan
untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif
bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai
alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa
dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan
terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa
temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.
Langkah ketujuh: pelaporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban
peneliti setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan
selesai. Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara
tertulis memiliki nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:
1. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang
harus dipenuhi oleh para peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
2. Sebagai hasil nyata peneliti dalam
merealisasi kajian ilmiah
3. Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan
ilmiah yang dapat dikomuni-kasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
4. Sebagai hasil karya nyata yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan bergantung pada kepentingan peneliti
(Sukardi, 2003).[8]
Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian
kualitatif, penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri untuk kepentingan bidang
pendidikan. Pentingnya penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan antara
lain:
1. Pendidikan sebagai proses sosialisasi
hakikatnya adalah interaksi manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui
proses belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-ubah.
2. Pendidikan senantiasa melibatkan komponen
manusia yakni pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan,
waktu, serta sarana dan prasarana pendidikan. Setiap komponen saling berinteraksi
dalam satu proses pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
3.
Pendidikan sebagai suatu sistem
tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga berorientasi pada proses agar
memperoleh hasil optimal.
4.
Pendidikan dalam arti luas,
terjadi pada setiap manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat, secara alami.
5. Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan
dan pengembangan manusia mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu
kesatuan utuh, serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan pengembangan
tersebut melalui proses belajar agar diperoleh perubahan-perubahan perilaku
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Proses dan
hasil pendidikan tidak saja diukur secara numerik/angka dan bilangan dalam
bentuk indeks-indeks prestasi atau indeks-indeks lainnya secara kuantitatif dan
statistik. Lebih dari itu perlu pengkajian mendalam berkenaan dengan kualitas
proses, efisiensi dan efektivitas, serta daya guna terhadap perubahan perilaku
individu khususnya anak didik dan tenaga kependidikan. Data kualitatif dalam
bidang pendidikan sangat bermanfaat untuk menemukan hakikat dan makna yang
terkandung dalam proses pendidikan.
Bagaimana
proses pendidikan itu berlangsung, bagaimana perubahan terjadi dalam proses
tersebut, bagaimana interaksi guru-siswa dan siswa-siswa dalam pembelajaran,
bagaimana sumber belajar dioptimalkan penggunaannya, bagaimana guru menangani
kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya memerlukan data kualitatif dalam
menjelaskannya. Pengukuran secara kuantitatif tersebut seringkali menghilangkan
makna yang sebenarnya, lebih dari data yang diperoleh secara kuantitatif
berdimensi tunggal, padahal dalam kenyataannya suatu proses yang terjadi
berkaitan erat dengan berbagai dimensi yang muncul dalam kondisi alamiahnya.
4. Alasan
Memilih Penelitian Kualitatif
Strauss dan Corbin menyatakan bahwa seseorang yang
melakukan penelitian kualitatif memiliki beberapa alasan. Pertama, adalah
alasan demi kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya. Beberapa
peneliti yang memiliki latar belakang bidang pengetahuan seperti antropologi,
atau yang terkait dengan orientasi filsafat seperti fenomenologi, biasanya
dianjurkan untuk menggunakan metode kualitatif. Kedua, adalah alasan untuk
tidak terjebak pada angka-angka hasil pengolahan dengan menggunakan teknik
statistik yang cenderung berlaku untuk populasi. Ketiga, adalah alasan dari
sifat masalah yang diteliti. Dalam beberapa bidang studi, pada dasarnya lebih
tepat digunakan jenis penelitian kualitatif. Contoh dari penelitian semacam ini
adalah penelitian untuk mengungkap sifat pengalaman seseorang dengan fenomena
seperti sakit, berganti agama, ketagihan obat, kehidupan pengemis , dan pola
partisipasi wanita bekerja di luar rumah.
Penelitian kualitatif menuntut keteraturan,
ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang hubungan datta yang satu
dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan.
Beberapa alasan mengenai maksud dilakukannya penelitian kualitatif:
·
Untuk
menanggulangi banyaknya informasi yang hilanng seperti yang dialami oleh
penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada dalam data dapat
diungkap.
·
untuk
menanggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan
kebenaran hipotesis berdasarkan berpikir deduktif seperti dalam penelitian
kuantitatif.
·
untuk
menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya, seperti dalam
penelitian kuantitatif, padahal permasalahan dan variabel dalam masalah sosial
sangat kompleks.
·
untuk
menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif
yang menggunakan pengukuran enumirasi (perhitungan) empiris, padahal inti
sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data.
C. Perbedaan Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif
Pemahaman yang benar dalam
menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik untuk melakukan penelitian
merupakan hal penting agar dapat dicapai hasil yang akurat sesuai dengan tujuan
penelitian yang sudah ditentukan. Pendekatan yang mana sebaiknya digunakan apakah
pendekatan kualitatif atau kuantitatif? Pembahasan berikut memberikan ulasan
singkat mengenai perbedaan kedua pendekatan tersebut sebagai kesimpulan uraian
yang dikemukakan sebelumnya.
Pertama: pendekatan kualitatif menekankan pada
makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu),
lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif
lebih mementingkan proses dibandingkan hasil. Oleh karena itu urutan kegiatan
dapat berubah-ubah tergantung kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang
ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
praktis. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai
obyek penelitian. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan
pengujiannya yang akan menentukan tahapan berikutnya seperti teknik analisa dan
teknik statistik yang akan digunakan. Pendekatan kuantitatif lebih memberikan
makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik.
Kedua: jika kita menggunakan pendekatan
kualitatif, dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi dari suatu
gejala dengan gejala lain yang ditafsirkan berdasarkan sudut pandang yang
bersangkutan dengan cara mencari makna dari gejala yang sedang diteliti. Lain
halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada hal-hal yang
bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata atau terukur.
Ketiga: tujuan utama penelitian kualitatif adalah
mengembangkan pengertian, konsep-konsep yang pada akhirnya menjadi teori, tahap
ini dikenal sebagai “grounded theory
research”. Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori,
mengungkap fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi
statistik, serta menaksir dan meramalkan
hasilnya.
Keempat: melihat sifatnya, pendekatan
kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah/berkembang sesuai dengan
situasi lapangan. Desain hanya digunakan sebagai asumsi dalam melakukan
penelitan. Oleh karena itu, desain harus fleksibel dan terbuka. Lain halnya
dengan desain penelitian kuantitatif. Desainnya terstruktur, baku, formal dan
dirancang sematang mungkin. Desain penelitian kuantitatif bersifat spesifik dan
detil karena merupakan suatu rancangan yang akan dilaksanakan sebenarnya. Jika
desainnya salah, hasilnya menyesatkan.
Kelima: pada pendekatan kualitatif, data bersifat
deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan
ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan
lapangan saat penelitian dilakukan. Sebaliknya penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif/angka-angka.
Keenam: sampel kecil merupakan ciri pendekatan
kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel
didasarkan pada kualitasnya bukan jumlah. Ketepatan dalam memilih sampel
merupakan salah satu kunci keberhasilan penelitian kualitatif. Sampel dipandang
sebagai sampel teoretis dan tidak representatif. Pada pendekatan kuantitatif,
jumlah sampel besar karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel
akan merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif
membutuhkan sampel yang besar maka stratafikasi sampel sangat diperlukan.
Ketujuh: Jika peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif, maka yang bersangkutan menggunakan teknik observasi terlibat
langsung, seperti dilakukan oleh peneliti bidang antropologi dimana peneliti
terlibat langsung dengan yang diteliti. Jika pendekatan kuantitatif diterapkan maka
teknik yang digunakan berbentuk observasi terstruktur, survei menggunakan
kuesioner, dan eksperimen. Dalam melakukan interview biasanya diberlakukan
interview terstruktur untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan
penelitian dan jenis data yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
Kedelapan: dalam kualitatif, peneliti tidak
mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun antara peneliti
dengan sumber data didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya,
peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sampelnya
itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan
obyek penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan tersebut seperti
hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat
obyektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.
Kesembilan: Analisa data dalam penelitian
kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan
pengertian-pengertian, konsep-konsep untuk membangunan teori baru. Analisa data
penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris terhadap teori yang
dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan
menggunakan sarana statistik.
Berdasarkan uraian di atas, kedua
pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabilitasnya dipertanyakan,
prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai
untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian
terkontaminasi oleh subyektifitas peneliti. Pendekatan kualitatif memunculkan
kesulitan dalam mengontrol variabel yang berpengaruh terhadap proses penelitian
baik langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi
diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sampel, pengambilan data dan juga penentuan
alat analisisnya.
D. Persamaan
metodelogi kuantitatif dan kualitatif
Meski demikian, rasanya tidak adil jika hanya
mencari letak perbedaan di antara kedua metode tersebut. Ada beberapa sisi yang
sama-sama dimiliki oleh kedua desain penelitian ini sebagai cara untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu sebagai berikut.[9]
1. Pada tahap awal, kedua peneliti dengan desain
yang berbeda ini meneliti satu tema yang masih bersifat umum.
2. Terkait dengan tema yang akan diteliti, tahap
berikutnya adalah membuat pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan untuk studi
pendahuluan.
3. Masing-masing desain telah memiliki asumsi yag
mendasari pelaksaan penelitian tersebut.
4. Dalam proses pelacakan informasi awal,
terkadang digunakan metode yang sama seperti observasi, wawancara, dan
dokumentasi, meski kadar pada masing-masing penelitian tersebut berbeda.
5. Kebenaran
data yang telah diperoleh diperiksa dengan caranya masing-masing.
6. Data yang telah diperoleh diolah dan dibuatlah
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan.
E. Perpaduan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian
Penelitian yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif belum banyak dilakukan. Namun, perkembangan ilmu-ilmu sosial
khususnya pendidikan telah membuka kesempatan untuk memunculkan perrpaduan
antara keduanya. Strauss & Corbin (1990).[10] menyatakan
bahwa suatu penelitian dapat saja memakai metodologi yang menggabungkan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Salah satu jenis penelitian yang
memerlukan penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif adalah
penelitian-peneli- tian kebijakan (Brannen, 1997).[11]
Brannen (1997)[12]
mencetuskan tiga acuan pokok dalam memadukan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Ketiga
acuan itu adalah:
1. Penelitian
kuantitatif sebagai fasilisator penelitian kualitatif; maksud dari acuan ini adalah:
a.
Penelitian kuantitatif memberikan data latar
belakang yang terukur untuk mengaitkannya dengan studi-studi skala kecil. Ini seringkali diambil
dari data-data statistik atau sensus.
b.
Survei kuantitatif dapat memberikan landasan bagi data kasus dari
kelompok-kelompok tertentu yang akan melandasi studi intensif dalam penelitian
kualitatif.
2.
Penelitian kualitatif sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; berarti penelitian kualitatif
berperan sebagai penunjang. Penelitian kualitatif mempunyai fungsi tertentu
yaitu: sebagai sumber hipotesis yang akan diuji secara kuantitatif; sebagai
pengembang dan pemandu instrumen-instrumen penelitian kuantitatif seperti
kuesioner, skala dan indeks pengukuran; serta sebagai pembanding temuan-temuan
kuantitatif.
3.
Penelitian yang mempergunakan kedua pendekatan dengan bobot sama; kedua pendekatan dilakukan
untuk saling mengisi kesenjangan yang muncul pada saat survei lapangan,
analisis, atau pelaporan. Gabungan antara keduanya dapat berakhir dengan
pemisahan penelitian kualitatif dan kuantitatif tetapi tetap berhubungan.
Dalam penelitian pendidikan sering dijumpai dua
pendekatan digunakan bersama-sama terhadap masalah yang sama. Terkait dengan
hal tersebut, Sudjana (2001)[13]
berpendapat bahwa pendekatan tersebut sebenarnya bertolak dari asumsi yang
berbeda, sehingga untuk persoalan yang sama sulit menggunakan metode dengan
asumsi yang berbeda. Namun pemecahan masalah melalui studi yang berbeda cukup
bermanfaat dalam memperkaya alternatif pemecahan masalahnya, sehingga lebih
komprehensif sifatnya. Sering ditemukan pemaparan data kualitatif menggunakan
statistik deskriptif serta temuan kualitatif dan kuantitatif disajikan
bersama-sama. Beberapa peneliti kadang-kadang berusaha menggunakan kedua
pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, namun seringkali mengalami kerancuan
dalam penarikan kesimpulannya.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya
sebagai temuan bagi orang lain.
2. Paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu
atau teori.
3. Paradigma
kuantitatif adalah penyelidikan menjadi masalah sosial atau manusia,
berdasarkan pada pengujian teori yang terdiri dari variabel, yang diukur dengan
angka, dan dianalisa dengan prosedur statistik, dalam rangka untuk menentukan
apakah generalisasi prediktif dari teori terus benar.
4. Penelitian
kualitatif adalah multi-metode dalam fokus, yang melibatkan pendekatan,
interpretif naturalistik dengan materi subjek.
5. Tujuan Penelitian kuantitatif :·
·
Memperoleh
pemahaman makna : verstehen
·
Mengembangkan
teori·
·
Menggambarkan
realitas yang komplek
6. Tujuan
Penelitian kualitatif :·
·
Menunjukkan
hubungan antara variabel
·
Mentest teori
·
Mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
DAFTAR
PUSTAKA
Poerwandari, K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Sosial. Jakarta: LPSP3-UI.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi
Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono.
2005. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan
Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya).
Jakarta: Bumi Aksara
Muhammad Idrus, Metode
Penelitian Ilmu Sosial, 2009, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal 23.
Strauss and Corbin. 1990. Basics of Qualitative Research. California: Sage Publication.
Brannen. 1997. Mixing
Methods Qualitative and Quantitative Research diterjemahkan oleh Kurde. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. dan Ibrahim,
R. 2001. Penelitian dan Penilaian
Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo
[6] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
[8] Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan
(Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara.
[11] Brannen. 1997. Mixing
Methods Qualitative and Quantitative Research diterjemahkan oleh Kurde. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
[12] Brannen. 1997. Mixing
Methods Qualitative and Quantitative Research diterjemahkan oleh Kurde. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
[13] Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo